Pemuda pujaan dari impian dan bayangan

Gambar

Bila sholat tiang agama, maka pemuda tiangnya negara

Berbicara tentang peranan strategis pemuda dalam konteks nation state adalah hal yang nisbi, karena pasti dipaksa membandingkan peran sosok pemuda dimasa pra kemerdekaan dan paska kemerdekaan republik.

 Pemuda atau lebih tepatnya kaum muda lahir dari sebuah kata yang tidak hanya terkotak dalam jenjang usia, tapi lebih dari itu kita harus melihat dari sejarah historis berdirinya republik Indonesia. Sekelompok kekuatan sosial politik pra kemerdekaan yang mendorong lahirnya nasionalisme dan proklamasi kemerdekaan negara dan bangsa Indonesia.

 Dari realita nyata inilah, dimana pemuda pernah menjadi kekuatan alternatif dan strategis dalam sejarah berdirinya bangsa ini, maka diperlukan kajian historis peran pemuda agar tak salah kaprah, berjalan ditengah bayang-bayang sosok kelompok progresif yang pernah bersumbangsih nyata lahirnya  republik. Sebuah refleksi yang mendalam, yang bukan bermaksud membutuhkan pengakuan dari penguasa saat ini, tapi lebih dari itu.

 Kajian historis merupakan upaya dialektis, dinamis dan romantis untuk mengetahui perkembangan dinamika ide, organisasi maupun aksi pemuda yang sangat berpengaruh pada wacana ormas kepemudaan kontemporer maupun analisa ke depan agenda kepemudaan. Takashi Shiraishi menjelaskan, di zaman pergerakan, pemimpin pergerakan berpikir, menulis, dan berkata serta bertindak sebagai orang pertama. Dicerahkan oleh kata-kata dan perbuatan mereka, rakyat melihat dunia dan bergerak. Akhirnya kita pun sekarang masih dapat melihat dunia mereka dengan mengikuti kata dan perbuatan mereka yang tergores dalam tulisan-tulisan yang mereka tinggalkan.

 Meng-Indonesianya ide-ide persamaan, kemerdekaan, hak asasi manusia, martabat bangsa dan lain-lainnya, yang didapatkan dari pendidikan barat, menantang pemuda-pemuda ini untuk berpikir. Perkenalan dengan pendidikan Barat yang berhimpit dengan perubahan yang cepat menimbulkan “krisis pemikiran” dalam hati banyak pemuda Indonesia. Karena di dalam kenyataan sehari-hari ia melihat bentuk-bentuk yang paling kasar dari penghinaan terhadap manusia dan dirinya sendiri. Kegembiraan dan kegairahan bercampur menjadi manusia satu dengan kemuakan dan kesedihan melihat cita-cita di muka dan kenyataan yang ada.

 Hal itu yang kemudian menjadikan gagalnya usaha Belanda tersebut untuk mencegah pergerakan/pemberontakan rakyat, karena justru melahirkan para pemimpin pergerakan yang mempunyai wawasan yang lebih luas dan dengan metode, strategi, dan pengorganisiran yang lebih maju dan baru yang mana basis massanya tetap buruh dan petani.

 Aksi-aksi protes kaum tani, baik dengan kekerasan maupun tanpa kekerasan, bukanlah perwujudan nasionalisme yang kuat maknanya, karena hanya mewakili suatu pola dari protes melawan pemerintah Hindia Belanda yang segera diambil untuk digarap oleh para pemimpin nasionalis yang kemudian mengarahkan. Kaum muda terpelajar kemudian menjadi identitas tersendiri yang kemudian melahirkan nasionalisme Indonesia yang menjawab “alasan berdirinya sebuah bangsa”, yang kemudian jawabannya seperti yang termaktub dalam Sumpah Pemuda.

 Seperti halnya dengan kata kaum muda, kata pemuda juga menemukan artinya tersendiri di masa perang revolusi kemerdekaan nasional Indonesia. Peranan pokok angkatan muda pada permulaan revolusi nasional Indonesia tahun 1945 adalah kenyataan politik yang paling menonjol zaman itu. Bagi Belanda yang sedang berusaha datang kembali dan Inggris sekutu mereka, dan juga masyarakat Indo dan Tionghoa, kata pemuda, yang “dulu” biasa saja dengan cepat memperoleh pancar cahaya yang menakutkan dan kejam. Di pihak Indonesia, terdapat suatu kepustakaan yang berisi pemujaan, yang memperlihatkan kesadaran yang menggembirakan akan kebangkitan pemuda yang tiba-tiba sebagai kekuatan revolusioner pada saat-saat yang gawat itu.

 Mengagendakan Peranan Strategis Pemuda

Kelahiran pergerakan nasional, revolusi kemerdekaan 45, pergantian kekuasaan tahun 1966, dan reformasi 1998, adalah lahirnya sebuah harapan akan kehidupan yang lebih baik,. Periode-periode itu juga telah menjadi saksi atas sikap sejarah dan sikap politik kaum muda untuk bertindak, membangun jiwa dan badan Indonesia Raya. Maka sejarah pemuda adalah sejarah pikiran dan sejarah tindakan (sejarah pikiran yang bertindak).

 Mei 1998 adalah pelajaran, apa yang telah didapatkan dalam perjuangan harus diterus dimajukan secara simultan. Demokratisasi pasca tumbangnya rezim otoritarian, mensyaratkan adanya konsolidasi demokrasi demi pelaksanaan program-progam reformasi yang mensyaratkan pelembagaan-pelembagaan demokrasi.

 Transisi demokrasi, merupakan jalinan potensial bagi upaya-upaya melahirkan paradigma baru kekuasaan, tata nilai baru masyarakat, serta rumusan-rumusan baru the rulling class dan the rulling system di Indonesia, dan kaum muda harus mampu mengerjakan itu semua. Mulai dari menyusun sistem nilai bagi kekuasaan dan masyarakat hingga di dataran praktis, di aras masyarakat kaum muda harus mampu memberikan penjelasan sistematis, tenaga potensial perubahan dan bagian dari perjuangan rakyat Di aras bernegara kaum muda harus mulai membangun kapasitas untuk mampu melakukan struggle of power untuk membangun rulling class dan rulling system yang sesuai dengan cita-cita Proklamasi 1945 dan Reformasi 1998.

 Pemilu harus dimaknai bukan dalam kerangka prosedural bagi elit untuk memasuki jenjang kekuasaan. Pemilu dihadirkan tidak saja bagi legitimasi kekuasaan di dalam maupun di luar negeri. Tetapi Pemilu sebagai upaya pemberdayaan masyarakat politik sebagai lanjutan dari bangunan civil society dan penolakan bagi kembalinya kekuatan otoritarian.

 Disinilah tantangan bagi kaum muda, harus menjadi kekuatan politik alternatif, artinya kaum muda tidak hanya diharuskan sanggup mengorganisir masyarakat sipil, tetapi juga mampu menunjukkan kapasitas politik di mata masyarakat politik, militer dan internasional bahwa kaum muda adalah solusi bagi kepemimpinan politik dan regenerasi politik Indonesia, artinya di sini kaum muda harus memiliki kemampuan berbicara soal strategis, misalnya security sector reform, pembaruan agraria, industrialisasi, kedaulatan pangan dan sebagainya yang mana itu harus didukung oleh kemampuan melakukan komunikasi politik dan komunikasi massa lainnya.

About delviselagan

Delvi indriadi,Lahir disungai Ipuh,Muko muko menyelesaikan pendidikan dasar 05 teras terunjam,kemudian SLTPN 6 Mukomuko dan dilanjutkan dengan SMAN 1 Kota Bengkulu sekarang dalam Menyelesaikan Program Studi S 1 Hukum di Fakultas Hukum Universitas Prof.Dr.Hazairin,SH Bengkulu

Posted on Juni 28, 2013, in Delvi Indriadi keren sekali di Go Fishing!. Bookmark the permalink. 2 Komentar.

  1. woww pertama saya melihat gambarmu..
    selanjutnya masalah pemuda, barusan saya juga membaca di kompasiana tentang peran pemuda masa depan. Di masa kini, peran pemuda tak berkurang apalagi hilang, melainkan menjadi bertambah. Peran pemuda adalah melakukan perubahan dalam peradaban untuk membawa cahaya yang akan mencerahkan negeri ini.

Tinggalkan komentar

G E N E S I S

Bekerja, bersuara, berjuang bersama rakyat

Secarik Kertas

Alamimu, semerbak Aroma Melati, Aku Hafal Betul Harumnya.