Pragmatisme di masyarakat

Kebanyakan masyarakat mempunyai pemikiran bahwa menyekolahkan anak agar nanti jika besar mendapat pekerjaan yang layak. Tentu pemikiran itu tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Kebanyakan masyarakat, terutama masyarakat bawah masih mempunyai permasalahan besar yaitu kesejahteraan hidup yang diukur dengan uang.

Sebuah realitas ketika para sarjana yang telah menempuh pendidikan semenjak pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi masih banyak yang menganggur. Lalu buat apa sekolah tinggi-tinggi jika hasilnya pengangguran? Mendingan uangnya buat hidup atau modal usaha agar mendapatkan uang. Sekali lagi pemikiran masyarakat seperti ini tidak bisa disalahkan.

Tujuan Pendidikan

Undang-undang Dasar di negara ini telah menetapkan tujuan pendidikan nasional sebagai berikut :

(1) Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.” (2) Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.” (UUD 1945 versi amandemen)

Sebagai penjabarannya juga dijelaskan sebagai berikut :

Pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” (Undang-Undang No. 20, Tahun 2003 tentang Sisdiknas)

Mengacu pada pengertian pendidikan di negara kita, tidak ada satu pun kata ‘kerja’ yang tercantum di dalamnya. Lalu mengapa kita meributkan relevansi antara kurikulum pendidikan dengan dunia kerja?

Ketika ada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) itupun hanya sedikit mengarahkan minat belajar para siswa, bukan untuk secara nyata menyiapkan mereka langsung masuk ke dunia kerja. Ketika sekolah-sekolah kita dituntut untuk menjamin lulusannya mendapat pekerjaan, tentu tidak sesuai dengan tujuan pendidikan nasional kita. Pendidikan formal kita cukup memberikan bekal agar menjadi insan sebagaimana dimaksudkan dalam tujuan pendidikan nasional di atas.

Pola Rekrutmen Tenaga Kerja

Pola rekrutmen tenaga kerja yang menyertakan program training di dalamnya sudah cukup menjawab akan tenaga kerja yang dibutuhkan. Potensi akademik dan softskill yang telah didapat selama sekolah akan sangat menunjang saat mereka terjun di dunia kerja. Itulah modal utama bagi mereka. Mengapa dunia kerja menerapkan tes psikotes? Karena mereka ingin mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Masalah skill untuk bekerja adalah soal lain. Hal tersebut dapat ditempuh melalui pola rekrutmen di dunia kerja. Dunia kerja punya kewajiban dan sekaligus menjadi kebutuhan mereka untuk menyiapkan tenaga kerja yang sesuai dengan lapangan kerja yang tersedia.

Dengan demikian seharusnya tidak ada lagi pragmatisme menempuh pendidikan yang diidentikan dengan mengejar materi. Dunia pendidikan formal berperan menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sebagaimana dimaksudkan oleh tujuan pendidikan nasional. Dunia kerja berperan menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki skill yang diperlukan sesuai lapangan kerja masing-masing.

 

About delviselagan

Delvi indriadi,Lahir disungai Ipuh,Muko muko menyelesaikan pendidikan dasar 05 teras terunjam,kemudian SLTPN 6 Mukomuko dan dilanjutkan dengan SMAN 1 Kota Bengkulu sekarang dalam Menyelesaikan Program Studi S 1 Hukum di Fakultas Hukum Universitas Prof.Dr.Hazairin,SH Bengkulu

Posted on Juli 29, 2013, in Delvi Indriadi keren sekali di Go Fishing!. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar

G E N E S I S

Bekerja, bersuara, berjuang bersama rakyat

Secarik Kertas

Alamimu, semerbak Aroma Melati, Aku Hafal Betul Harumnya.